Jakarta – Siti Khadijah RA, istri pertama Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan menjadi pilar kekuatan bagi Nabi di masa-masa awal kenabian. Kesetiaan dan dukungannya yang tak tergoyahkan menjadi bukti nyata cinta dan pengabdian seorang istri kepada suaminya.
Pertemuan dan Pernikahan
Siti Khadijah RA, seorang wanita kaya raya dan berpengaruh di Mekkah, bertemu dengan Nabi Muhammad SAW ketika beliau berusia 25 tahun. Khadijah RA, yang kala itu berusia 40 tahun, telah menikah dua kali sebelumnya dan menjadi seorang janda. Meskipun perbedaan usia yang cukup signifikan, Khadijah RA terpesona oleh akhlak mulia dan kejujuran Nabi Muhammad SAW.
Pernikahan mereka terjadi pada tahun 595 Masehi dan menandai awal perjalanan panjang Nabi Muhammad SAW menuju kenabian. Selama 15 tahun pernikahan, Khadijah RA menjadi sahabat dan pendamping setia Nabi Muhammad SAW, menyaksikan momen-momen penting dalam hidup beliau.
Dukungan Tak Tergoyahkan di Masa Awal Kenabian
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Wahyu pertama turun di Gua Hira, membawa kegelisahan dan rasa takut yang mendalam bagi Nabi. Siti Khadijah RA, dengan penuh kasih sayang, menyambut Nabi Muhammad SAW di tengah ketakutannya.
"Bergembiralah, wahai Suamiku. Allah tidak akan membiarkanmu selama-lamanya," kata Khadijah RA, menenangkan hati Nabi Muhammad SAW yang gemetar. Ketenangan dan keyakinan Khadijah RA menjadi sumber kekuatan bagi Nabi di masa-masa awal kenabian.
Kedermawanan dan Pengorbanan
Tidak hanya memberikan dukungan emosional, Khadijah RA juga mengorbankan hartanya demi keberlangsungan dakwah Islam. Kedermawanan Khadijah RA begitu besar, sehingga Nabi Muhammad SAW sendiri mengakui dalam sebuah pujiannya, "Siti Khadijah beriman kepadaku saat orang-orang mengingkariku. Ia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dan ia memberikan hartanya untukku saat tidak ada yang peduli."
Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan
Kesetiaan Siti Khadijah RA kepada Nabi Muhammad SAW menjadi contoh teladan bagi setiap pasangan. Ia selalu mendampingi dan menyokong Nabi Muhammad SAW dalam segala hal, baik di saat bahagia maupun sulit.
Ketika tekanan dan cobaan semakin berat dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, Khadijah RA tidak pernah menunjukkan keluhan. Keikhlasannya dalam mendampingi sang suami membuat Allah SWT kagum dan mencintainya.
Peran Penting dalam Penyebaran Islam
Siti Khadijah RA memainkan peran penting dalam membantu Nabi Muhammad SAW menyebarkan ajaran Islam. Ia membawa Nabi Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang dikenal sebagai ahli kitab dan memiliki pengetahuan mendalam tentang agama samawi.
Waraqah bin Naufal, setelah mendengar kisah Nabi Muhammad SAW tentang wahyu yang diterimanya, menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penerus Nabi Musa AS. Pertemuan ini semakin menguatkan keyakinan Nabi Muhammad SAW dan menjadi titik awal penyebaran Islam.
Keistimewaan Siti Khadijah RA
Siti Khadijah RA memiliki tempat istimewa di hati Nabi Muhammad SAW dan di hadapan Allah SWT. Keteguhan dan keimanannya tercermin dalam segala bentuk dukungannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT memberikan penghormatan yang tinggi kepada Siti Khadijah RA. Dalam sebuah riwayat dari Anas RA, ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW yang sedang bersama Siti Khadijah RA, Jibril menyampaikan salam dari Allah SWT untuk Siti Khadijah RA.
Jibril berkata, "Sesungguhnya Allah SWT menyampaikan salam kepada Siti Khadijah." Mendengar itu, Siti Khadijah RA menjawab dengan penuh rasa syukur, "Sesungguhnya, Allah-lah As-Salaam (Maha Pemberi Kesejahteraan). Sebaliknya, kuucapkan salam kepadamu. Semoga Allah SWT melimpahkan kesejahteraan, rahmat, dan berkah-Nya kepadamu."
Salam dari Allah SWT ini menandakan betapa tinggi derajat Siti Khadijah RA di hadapan-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Siti Khadijah RA adalah salah satu dari empat wanita penghuni surga yang paling mulia. Ia merupakan wanita yang teramat istimewa dan dijamin sebagai penghuni surga, sebuah kehormatan yang hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan Allah SWT.
Warisan dan Teladan
Siti Khadijah RA wafat pada tahun 619 Masehi, meninggalkan kesedihan mendalam bagi Nabi Muhammad SAW. Selama hidupnya, Nabi Muhammad SAW tidak menikah dengan wanita lain, menunjukkan betapa besar cintanya kepada Khadijah RA.
Kisah Siti Khadijah RA menjadi inspirasi bagi seluruh umat Islam, khususnya kaum wanita. Ia adalah contoh teladan seorang istri salihah yang mendampingi suami dengan cinta dan penuh keyakinan. Kesetiaan, kedermawanan, dan pengorbanannya menjadi warisan yang tak ternilai bagi umat Islam.
Kesimpulan
Siti Khadijah RA adalah sosok yang luar biasa, istri setia, sahabat sejati, dan pilar kekuatan bagi Nabi Muhammad SAW di masa-masa awal kenabian. Kisahnya mengingatkan kita tentang pentingnya cinta, kesetiaan, dan pengorbanan dalam membangun keluarga dan masyarakat yang harmonis. Semoga kita semua dapat meneladani keteguhan iman, kedermawanan, dan kasih sayang Siti Khadijah RA dalam kehidupan kita.