ERAMADANI.COM – Agresi pasukan Israel ke Palestina yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 lalu menimbulkan efek yang luas. Kelompok Houthi Yaman, sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan Palestina, menyerang kapal-kapal milik Israel atau yang mendukung tindakan Israel dan sedang bernavigasi di seputaran Laut Merah.
Merespons kondisi tersebut, kini Amerika Serikat yang merupakan sekutu terdekat Israel membentuk satgas guna mengamankan Laut Merah dari serangan Houthi. Ketegangan di Laut Merah pun kini semakin meningkat.
Tindakan ilegal dari kelompok Houthi ini, menurut Pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, membahayakan terhadap kapal-kapal yang sedang berlayar dan tentu saja mengancam ribuan nyawa pelaut di kapal yang tidak terkait dengan konflik kedua negara tersebut. Bahkan, kata Hakeng, pemilik kapal akan mengalami kerugian yang besar bila kapal tersebut sampai hancur.
“Pihak asuransi sendiri dalam pengamatan saya telah menaikkan premi asuransi bagi kapal-kapal yang hendak melewati wilayah tersebut sebagai imbas ketegangan yang meningkat. Di lain pihak, patut diduga pihak Perusahaan Pelayaran akan mengalami kesulitan dalam melakukan klaim asuransi karena situasi force majeure (overmacht) yang terjadi,” ujar Hakeng.
Apabila Laut Merah terblokade dalam waktu lama, kata Hakeng, pelayaran yang melalui Terusan Suez akan ikut terganggu. Saat ini saja menurutnya sudah sekitar 35% dari pelayaran berbendera Amerika Serikat yang mengalihkan pelayarannya.
Melansir dari viva.cco.id, Banyak perusahaan pelayaran komersial telah mengalihkan operasi mereka, dengan membuat kapal-kapal mereka menjauhi Laut Merah dan aksesnya ke Laut Tengah melalui Terusan Suez. Bahkan sudah banyak Perusahaan pelayaran yang memutuskan kapal-kapalnya memutar dan menggunakan jalur yang semakin jauh yaitu melalui Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.
Akibat dari rute perjalanan yang semakin jauh maka mempengaruhi pula terhadap waktu perjalanan pelayaran serta konsumsi bahan bakar kapal-kapal angkutan kargo dan angkutan lain tersebut. Selain itu rute pelayaran yang semakin jauh akan mempengaruhi biaya angkutan logistik, dimana Eropa dan Negara-Negara di Mediterania akan menanggung dampak paling parah.
“Begitu juga dengan perdagangan ke Asia akan merasakan imbasnya imbuh,” ujarnya
Mengutip dari The Global Trade Research Initiative memperkirakan dampak ekonomi perubahan rute pelayaran tersebut akan meningkatkan biaya pelayaran sekitar 40-60 persen, kemudian kenaikan biaya asuransi 15-20 persen, dan ada potensi rusak sebagian atau seluruh kargo yang dibawanya akibat rute pelayaran yang berubah.
Perusahaan ekspedisi raksasa Maersk dan CMA CGM misalnya, mereka akan mengenakan biaya tambahan terkait pengalihan rute kapal.
“Situasi itu tentu juga ikut mempengaruhi harga minyak dan gas di pasaran Internasional. Misal Harga Minyak mentah berjangka Brent pada akhir Desember lalu naik 92 sen, atau 1,2 persen, menjadi 80,31 dolar AS per barel pada 1445 GMT. Pasokan barang pangan juga ikut terpengaruh akibat konflik di Laut Merah tersebut,” kata Hakeng.
Terhambat atau berkurangnya pasokan minyak dan gas dunia juga akan berpengaruh terhadap harga minyak dan gas di Indonesia. “Akibatnya efek domino terhadap kenaikan harga pangan atau bahan pangan pokok akan terjadi di Indonesia pula,” ujarnya.
Dampak ekonomi dari serangan Houthi di Laut Merah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Dampak langsung
Dampak langsung dari serangan Houthi di Laut Merah adalah meningkatnya biaya pelayaran dan asuransi. Hal ini disebabkan oleh perusahaan pelayaran yang mengalihkan rute pelayaran mereka ke jalur yang lebih jauh dan lebih berbahaya, yaitu melalui Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.
Menurut The Global Trade Research Initiative, dampak ekonomi perubahan rute pelayaran tersebut akan meningkatkan biaya pelayaran sekitar 40-60 persen, kemudian kenaikan biaya asuransi 15-20 persen, dan ada potensi rusak sebagian atau seluruh kargo yang dibawanya akibat rute pelayaran yang berubah.
- Dampak tidak langsung
Dampak tidak langsung dari serangan Houthi di Laut Merah adalah kenaikan harga minyak dan gas dunia. Hal ini disebabkan oleh terganggunya pasokan minyak dan gas dari Timur Tengah ke Eropa dan Asia.
Harga minyak mentah berjangka Brent pada akhir Desember lalu naik 92 sen, atau 1,2 persen, menjadi 80,31 dolar AS per barel pada 1445 GMT. Kenaikan harga minyak dan gas ini akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
Kenaikan harga minyak dan gas akan menyebabkan inflasi meningkat. Hal ini akan berdampak pada daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Selain itu, kenaikan harga minyak dan gas juga akan berdampak pada sektor industri dan transportasi. Industri akan mengalami kenaikan biaya produksi, sehingga harga barang-barang akan naik. Transportasi juga akan mengalami kenaikan biaya, sehingga biaya logistik akan meningkat.
Hakeng mengimbau kepada semua pihak untuk segera menyelesaikan konflik di Laut Merah. Ia juga berharap agar pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak dari konflik tersebut terhadap perekonomian Indonesia.