ERAMADANI.COM, BALI – Bali masih menutup sementara kunjungan wisatawan mancanegara untuk berwisata ke berbagai destinasi wisatanya. Hal itu tidak lain lantaran kasus Covid-19 yang masih mengalami kenaikkan. Namun, siapa sangka bahwa salah satu desa di Bali telah melakukan inovasi pada sektor pariwisatanya. Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar menghadirkan tur wisata secara virtual bagi wisatawan Jepang.
Kepala Dusun Banjar Dinas Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Tampaksiring, Gianyar, Made Astawa mengatakan tur ini dijadwalkan setiap Sabtu dan Minggu, selama masa pandemi.
“Sementara baru satu, ada A2 Japanese Agent, kemudian ada satu agen lagi, masih proses penjajakan dan karena masih satu agen dan spesial dari Jepang jadi tamunya yang ikut nonton juga dari Jepang,” kata Astawa, Kamis (24/9/20), dilansir dari Kumparan.com.
“Dengan durasi sekitar dua sampai tiga jam,” sambung Astawa.
Ia pun menjelaskan dalam paket tur wisata secara virtual itu memperlihatkan aktivitas warga di pedesaan, sehingga terlihat alami.
Selain itu, menampilkan pula aktivitas di persawahan, kegiatan kerajinan tenun, dan belajar memasak masakan Bali.
Kegiatan tur wisata secara virtual akan dipandu oleh pemandu wisata yang ahli dalam bahasa Jepang.
Salah satu kelebihan tur virtual ini ialah memberikan ruang bagi para wisatawan yang ingin berwisata ke Bali.
Memberikan pula kesempatan bagi warga untuk mengembangkan inovasi baru, dalam hal teknologi dan menjadi ajang promosi pariwisata desa.
Adapun kekurangannya ada pada waktu, sebab tur wisata secara virtual tidak dapat berlangsung lama.
Durasi yang lama dapat membuat penonton cepat bosan. Oleh karenanya, masing-masing pemandu wisata akan memandu tur selama satu sampai dua jam.
“Apalagi beberapa bandara masih belum buka untuk penerbangan, dan di Bali juga angka Covid masih tinggi, sehingga agar tur wisata tetap jalan, maka kesempatan ini dibuka,” ujar Astawa.
“Selain itu, waktu yang terbatas akan membuat tamu yang nonton penasaran dan suatu saat dibuka lagi, kemudian mereka akan datang dan melihat langsung,” imbuhnya.
Rute Tur Wisata Virtual
Rute tur wisata virtual ini dimulai dari rumah warga yang kemudian menuju persawahan, setelah itu menuju tempat tenun.
“Yang kita lihat di jalan, yang kita lihat di sawah, dan aktivitas di tempat tenun kemungkinan besar berbeda. Untuk agen Jepang A2 ini kita baru ada dua penawaran. 1 jam village tour dan 1 jam kelas memasak,” katanya.
“Secara ekonomi tentunya yang langsung dapat kita nikmati, yang pasti pemandu wisata dibayar dan kelompok tenun berupa donasi, serta untuk desa kami terutama tenun saat ini dapat promosi gratis langsung dilihat oleh wisatawan Jepang,” sambung Astawa.
Pada minggu pertama, tur wisata ini terlihat dampaknya signifikan.
Wisatawan Jepang pun sudah ada yang ingin melakukan pemesanan dan menanyakan harga untuk kain tenun di Desa Pejeng Kangin.
“Meskipun sifatnya virtual, tapi tidak menutup kemungkinan membawa dampak ekonomi kepada kami. Selain mendapat penghasilan di masa sulit ini walau pun kecil, yang jauh lebih penting adalah memperkenalkan desa kami ke internasional,” pungkas Astawa. (ITM)