ERAMADANI.COM, DENPASAR – Pulau Bali sangat terkenal dengan pesona alam yang dimilikinya. Namun belakangan ini, pulau tersebut mulai sepi pengunjung akibat Covid-19, hal ini mendorong munculnya pertanyaan bagaimana Bali setelah pandemi Covid-19?
Untuk menjawab pertanyaan serupa Kemenparekraf bersama Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Australia mengelar acara Webinar.
Kegiatan tersebut, mengusung sebuah tema ‘Re- Inventing Bali – What will be better in Bali after Covid–19’ , di Ruang Rapat Wagub Bali, Rabu (17/06/2020).
Tak lupa pula, kegiatan ini menghadirkan narasumber Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Masuknya Pandemi di Bali
Mengawali paparannya, Wagub Bali menyampaikan bahwasannya saat ini dunia sedang menghadapi situasi sulit diakibatkan oleh pandemik Covid 19.
Di Bali pada awalnya tidak ada kasus terkonfirmasi positif, hingga akhirnya per tanggal 4 Maret kasus positif Covid 19 mulai ada di Bali.
Sejak saat itu, jumlah pasien terkonfirmasi positif di Bali terus mengalami peningkatan hingga 741 kasus (berdasarkan data tanggal 14 Juni 2020), dengan angka kesembuhan pasien 63, 9 %.
Angka terkonfirmasi positif di Bali hanya 1, 9% dari angka positif di tingkat nasional dengan tingkat kematian akibat Covid 19 yang sangat rendah.
Provinsi Bali terus berupaya keras untuk menekan pencegahan penularan Covid 19 dengan melakukan sinergitas baik dengan pemangku kepentingan dan melibatkan peran serta dari masyarakat.
Wagub Cok Ace menambahkan terdapat 3 kriteria utama dari 11 kriteria yang ditetapkan sebagai pedoman bagi suatu wilayah untuk membuka wilayahnya secara ekonomi.
Salah satunya adalah penurunan konfirmasi positif hingga 50 % selama 14 hari dari posisi jumlah pasien terkonfirmasi positif sebelumnya.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, Bali juga telah melakukan berbagai strategi dalam upaya menekan penyebaran Virus Covid 19.
Disamping melakukan sinergitas dengan semua stakeholder yang ada, Bali juga menerapkan Gugus Gotong Royong yang melibatkan pecalang di desa adat.
Para pecalang ini yang mengawasi arus keluar masuk warganya serta menjaga kedisiplinan warga dalam mematuhi protocol kesehatan yang ada.
Apakah Bali Akan Lebih Baik Setelah Covid-19?
Wagub Cok Ace selaku Ketua PHRI Bali ini menambahkan bahwa Pemprov juga melakukan pemeriksaan ketat di pintu pintu masuk Bali.
Salah satunya dengan persyaratan hasil PCR negatif bagi penumpang pesawat terbang yang akan datang ke Bali.
Disamping itu penumpang pesawat juga wajib mengisi Health Alert Card (HAC) yang menggambarkan kondisi kesehatan penumpang serta orang yang dapat dihubungi dalam keadaan emergency.
Dalam mitigasi pasien di tengah pandemik Covid-19 di Bali, Pemrov telah menyiapkan 14 RS yang siap dalam penanganan pasien Covid 19.
Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan ruang isolasi sesuai standar kesehatan yang ada.
Bali juga memiliki 3 laboratorium yaitu Sanglah, Warmadewa dan Udayana yang dapat melakukan lebih dari 500 PCR test per harinya.
Jika dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan manca negara, maka di Tahun 2019 kunjungan wisatawan Australia ke Bali sangat tinggi dan Australia adalah pangsa pasar yang besar bagi Bali.
Untuk itu pihaknya sangat berharap agar wisatawan Australia bisa kembali mengunjungi Bali nantinya.
Bali telah menyiapkan protocol kesehatan di semua bidang kepariwisataan yang terfokus pada Cleanliness, Health and Safety (CHS).
Dengan penerapan CHS ini diharapkan Bali akan kembali bisa menjadi pusat pariwisata dunia ketika nantinya Bali siap dibuka untuk pariwisata.
Hal senada juga disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenparekraf Nia Niscaya dimana pemerintah telah mempersiapkan impelmentasi dari penerapan CHS di Bali.
Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua akan menjadi percontohan penerapan CHS.
Saat ini, persiapan penerapan CHS terus dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan CH.
Pelatihan bagi pekerja pariwisata serta simulasi penerapannya serta nantinya penerapan di berbagai destinasi wisata yang ada. (HAD)