ERAMADANI.COM, DENPASAR – Di tengah pandemi Virus Covid-19 ada berbagai info terkini yang dikeluarkan oleh berbagai sumber media, agar masyarakat tidak mudah termakan hoax, Komunitas Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara (GPAN) mengahdirkan kelas untuk mendekteksi berita hoax.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa tahu apakah informasi tersebut benar-benar bisa dipercaya atau justru merupakan hoax yang merugikan?
Di Kelas Online#6 Komunitas GPAN membuat sesi diskusi dengan tema “Stop Hoax Saring sebelum Sharing” yang diadakan melalui aplikasi Telegram.
Kegiatan Kelas Online ini digelar pada Ahad (03/05/2020) kemarin, disaat masyarakat sedang menikmati libirnya di rumah saja
Pembicara yang dihadirkan dalam kelas online adalah Endra Kurniawan (Jurnalis Tribunnews.com & Penggiat Literasi Digital).
Agar acara diskusi berjalan aman dan tertib ditunjuk Athalia AA Tumanggor dari Komunitas GPAN Regional Medan sebagai moderator.Memasuki sesi diskusi selama 15 menit diawal narasumber memaparkan materi dalam bentuk slide.
Cara Mendeteksi Berita Hoax
Menurut narasumber istilah hoaks sudah dikenal sejak lama. Bahkan setiap harinya berbagai macam jenis hoaks berseliweran di dunia maya tanpa atau kita sadari.
Istilah hoax semua pasti sudah tahu jika hoax adalah berita bohong atau berita yang tidak terbukti kebenarannya. Namun perlu diketahui, dengan berkembangnya budaya berinternet dan jurnalistik modern, hoax pun juga mengalami perkembangannya.
“Hoax pun berkembang menjadi dua bagian besar, pertama Misinformasi maksudnya Informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Kedua adalah Disinformasi Informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini disengaja” paparnnya.
Hoax bukan hanya melihat berita itu benar atau tidak, tapi lebih dari itu. Setidaknya ada 7 jenis atau klasifikasi hoax yang perlu diketahui masyarakat Indonesia.
Cara Untuk Mencari Fakta
Ada sejumlah tools yang tersedia secara gratis yang bermanfaat untuk memudahkan kita mengidentifikasi informasi tersebut sebagai suatu kebenaran atau cuma hoaks belaka, berikut urainnya:
1. Teks
Bagi narasumber teks adalah bentuk informasi yang paling mudah di cek kebenarannya. Caranya adalah ketika kita mendapatkan pesan berantai baik di mana saja (WAG, ig, facebook, twitter, dan kawan-kawannya).
Kita cukup meng-copy dan paste teks tersebut ke kolom pencarian “mesin pencari”. Bisa menggunakan google, yandex, yahoo, dan lain sebagainya.
Nanti akan muncul infomasi terkait dari input (teks yang di copy dan paste) di daftar pencarian. Tinggal kita pilih link yang paling mendekati infomasi yang kita sedang cari.
2. Foto
Foto caranya hampir sama dengan cek kebenaran teks, yakni menggunakan mesin pencari. Biasanya narasumber menggunakan google image untuk menelusur sebuah gambar yang sedang beredar.
3. Video
Caranya tinggal kita capture atau screenshot satu angel di dalam video tersebut. Kemudian hasil capture atau screenshot kita cari dengan menggunakan mesin pencari kembali (google image).
Tidak sesimpel penjelasan narasumber di atas, pada prakteknya kita butuh waktu yang lama untuk mencari kebenaran sebuah foto atau rekaman video.
Disamping itu, masih banyak tools (baik berbayar maupun gratis) yang bisa digunakan untuk mencari keberanan sebuah foto atau rekaman video.
Disesi praktek menangkal hoax narasumber memberikan sebuah konten dimana para peserta kelas online diwajibkan untuk memilah apakah berita yang dibagikan narasumber benar atau tidak.
4. Cermati
Ketika kita mendapatkan sebagai jenis informasi (teks/video/foto), langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencermati isi dan konteks dari infomasi tersebut. Baca secara teliti dan berhati-hati.
Tidak sedikit di antara masyarakat kita hanya melihat judul/foto/caption tampa memperdulikan dan langsung ikut menyebar luaskan infomasi tersebut. Meskipun kita sendiri tidak tahu itu benar atau cuma hoaks belaka.Dan jangan menyebarkan infomasi tersebut saat belum tahu kebenarannya.
5. Selalu bersikap skeptis
Sikap ini penting untuk selalu menanyakan dan meragukan sebuah infomasi. Demi apa? Supaya kita tidak terjebak dalam hoaks dan sebagai penyebar hoaks.
6. Lakukan cek fakta sendiri
Kawan-awan bisa melakukan cek fakta sendiri, untuk membuktikan infomasi yang beredar itu fakta atau Cuma hoaks. Dengan demikian kita menjadi pelopor masyarakat yang bijak dalam bersosial media.
7. Gunakan media fact checker berlisensi
Di indonesia sendiri sudah terdapat sejumlah media bahkan komunitas yang bertugas untuk melakukan cek fakta informasi-infomasi yang tersebar di masyarakat.
8. Budayakan membaca sebelum berbicara
Ada korelasi antara rendahnya minat baca masyarakat dengan meningkatnya penyebaran hoaks. Untuk itu satu dari sekian banyak langkah untuk menekan penyebaran hoaks ada budayakan membaca sebelum banyak berbicara/ atau berkomentar.
“Demikian tadi sedikit materi yang bisa saya sampaikan.Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih banyak atas semangat teman-teman pagi ini” tutup Endra Kurniawan usai memberikan materi.
Disesi terakhir para peserta kelas online diberikan waktu tanya jawab dan konsultasi terkait munculnya hoax saat pandemi covid-19.
Peserta yang terlambat mengikuti jalannya diskusi diberikab rangkuman materi oleh moderator sehingga kelas online bisa dipahami oleh seluruh peserta secara maksimal. (HAD)