ERAMADANI.COM, DENPASAR – Nampaknya hal berbeda dilakukan oleh Komunitas GPAN (Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara) ditengah wabah Covid-19, pihaknya melakukan kelas daring yang bertajuk Writing Healing pada Sabtu (18/04/2020) lalu.
Komunitas GPAN hadir menyediakan wadah untuk belajar menulis ekspresif dan kreatif dalam bentuk Kelas Daring.
Kelas Daring chapter 5 Komunitas GPAN mengangkat tema “Redam Panik dengan Writing Healing” diadakan di grup whatsapp.
Dengan menghadirkan pembicara Adisty Riska seorang pengiat literasi dan Content Creator. Salah satu karyanya adalah Cerita Cinta Senja untuk Sore.
Sebanyak 194 peserta dari seluruh Indonesia mendaftar untuk mengikuti kelas daring ini. Herdian Armandhani dari Komunitas GPAN Regional Bali ditunjuk sebagai moderator.
Acara berlangsung dengan diskusi tanya jawab. Peserta yang pertanyaan terpilih langsung akan ditanggapi oleh pembicara dan partisipan yang bertanya.
Kelas Daring dengan tema Writing Healing
Menurutnya, jangan terlalu banyak mengumbar kehidupan di akun-akun media sosial. Pun, jangan menjadi orang yang terlalu mudah dibaca lewat akun-akun pertemanan itu.
Lebih baik menulis pada tempatnya yang nantinya dapat memberikan feedback baik, misalnya menginspirasi para pembaca.
Ia pun merasa saat menulis awal tidak percaya diri, namun dengan seringnya menulis, maka tulisan-tulisan kita pun juga akan bergerak dinamis sesuai dengan dinamika kita sendiri.
Adisty Riska juga menjelaskan hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam “writing healing” agar bisa diaplikasikan.
“Hal yang perlu diperhatikan pada dasarnya tidak terlalu banyak. Semisal ada baiknya di writing healing kita dapat menuliskan segala sesuatunya,” ungkapnya.
“Secara terbuka dan lebih jujur tentang apa yang menjadi kepanikan menjadi keluh kesah kita, tentang apa yang kita rasakan,” tuturnya.
Karena dengan menulis semua keluh kesah yang kita alami akhir-akhir ini yang mengganggu pikiran dan beban hati kita,setidaknya akan membuat perasaan kita menjadi lebih baik.
Ketika kita menulis ekspresif hakikatnya dengan menulis, otak dipaksa untuk berpikir. Impuls-impuls dalam sel saraf otak saling berhubungan satu sama lain ketika kita menulis. S
adar atau tidak, menulis, berarti merekam jejak-jejak masa lalu atau perasaan-perasaan yang sedang kita rasakan beserta dengan segala kekhawatirannya,bahasa sekarang include dengan galau tingkat paling dalam.
Nah, Setiap puzzle dalam ingatan kita berusaha dirangkai sedemikian rupa agar menjadi utuh dan bermakna. Bahkan hal-hal yang tak kait-mengait pun bisa menjadi bermakna ketika mulai menulis.
Dan ketika kita dalam keadaan tertekan yang sedemikian rupa,sampai pikiran kita acakadul, perasaan kita kacau, hati kita tidak pada ketenangan yang baik apakah bisa kita berfikir jernih?
“Sementara untuk menulis kita lebih membutuhkan tenang. Meskipun hai kita galau, kalau tenang seenggaknya apa yang ingin kita tulis dapat tertuliskan dengan baik (meskipun kita nulis sambil nangis)” imbuhnya.
Tulisan Ekspresif
Tulisan ekspresif pada dasarnya dapat di publish di mana saja, terlebih lagi di blog. Namun, ada pengecualian untuk menulis di story status.
Karena tulian-tulisan status di akun sosial hanyalah sebatas penyaluran narsisme semata. Seperti, sesekali seseorang ingin dilihat hebat oleh orang lain.
Ingin mendapatkan simpati dan emoati oleh oreng lain dengan menuliskan, keluh, kesah, resah, gelisah, duka, lara, galau.
Lebih baik, menulis pada tempatnya yang nantinya, dapat memberikan feedback baik, misalnya menginspirasi pembaca.
Perihal yang jangan sampai dilakukan oleh penulis, yaitu jangan sampai menduplikasi karya orang lain, jikalau menyadur tulisan seseorang, maka tulislah ulang dengan menggunakan gaya bahasa kepenulisan kita, yang artinya dirubah.
Tulislah sesuatu yang masih bisa di tangani, atau yang bertujuan untuk menginspirasi pembaca untuk melakukan hal yang baik.
Kemudian Komunitas GPAN juga memberikan tantangan dengan hadiah kepada tiga orang pemenang kepada peserta kelas daring.
Tantangannya berjudul Writing From Home Challenge #wfhchallenge, peserta ditantang untuk menerapkan ilmu menulis.
Peserta diminta untuk menulis apa saja tentang Pandemi Covid di sosmed IG, FB, dan Twitter yang mereka dapat dari kelas daring. (HAD)