ERAMADANI.COM, DENPASAR – Untuk menstabilkan ekonomi pariwisata di Bali, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta pengusaha hotel tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) meski saat ini kunjungan wisatawan mulai menurun.
Penuruanan ini terjadi karena penyebaran penyakit akibat infeksi corona tipe baru, Covid-19. Menurutnya, sejauh ini hotel-hotel yang terdampak sudah mulai melakukan pengaturan jam kerja.
Dilansir dari Republika.co.id, hal ini sampaikan Cok Ace saat rapat koordinasi pemulihan pariwisata Bali dengan berbagai asosiasi dan komponen pariwisata di Denpasar, Senin (02/03/2020) lalu.
“Dari yang liburnya seminggu sekali menjadi dua kali seminggu karena memang tamunya tidak ada,” kata wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Pemulihan Pariwisata Bali, Hotel Diminta Tak Melakukan PHK
Dalam Hal ini, ia berharap kondisi tersebut tidak menjadi alasan bagi pengusaha perhotelan untuk melakukan PHK kepada kariyawannya.
Apalagi, sektor jasa pariwisata telah menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat atau sebagian pekerja perhotelan yang ada di Pulau Bali.
Menurutnya, hotel yang terdampak dari penyetopan kunjungan wisatawan, terutama yang berasal dari China, berada di kawasan Kuta dan Nusa Dua.
“Sejak penghentian penerbangan dari dan menuju ke China mulai 5 Februari lalu, ada hotel yang okupansinya drop hingga tinggal lima persen, dua persen bahkan nol,” ucapnya.
Dimatanya juga, dari sekitar satu juta pekerja di sektor pariwisata di Bali, yang sudah terkena imbas dari kondisi tersebut sekitar 20 persen,
Disebabkan oleh tingkat okupansi perhotelan rata-rata turun hingga 70 persen dari kondisi normal yang biasanya.
Hotel-hotel yang cukup bertahan, umumnya berada di kawasan wisata Sanur dan Ubud dengan dampak penurunan berada pada kisaran 15-20 persen.
Ia mengharapkan sejumlah negara yang selama ini menjadi pemasok wisatawan ke Bali tidak lagi melarang warga negaranya untuk berwisata ke Bali.
Upaya Menggairahkan Kunjungan Wisatawan
Sementara itu, Managing Director ITDC I Gusti Ngurah Ardita mengatakan, rata-rata tingkat hunian atau okupansi hotel di kawasan ITDC Nusa Dua mencapai 56%.
“Januari sebenarnya cukup bagus, tetapi sejak penutupan penerbangan ke China 5 Februari sampai dengan sekarang, jadi tinggal 56 persen,” katanya.
Berdasarkan hasil pantauan, perhotelan di kawasan ITDC belum ada yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja kepada para pegawai.
Pihaknya akan melakukan pemantauan terhadap perkembangan situasi tiap pekan, bahkan kalau menungkinkan akan dilakukan setiap harinya.
“Termasuk pengurangan jam kerja juga akan kami monitoring, karena tingkat hunian masih 56 persen,” ujar Ardita.
Pihaknya juga tetap mengkoordinasikan upaya-upaya promosi bekerja sama dengan hotel-hotel di kawasan ITDC untuk menggairahkan kunjungan wisatawan.
Ardita juga mengatakan sedang mengkoordinasikan dengan Dinas Kesehatan terkait langkah-langkah lebih detail untuk memonitor wisatawan yang baru masuk hotel.
“Nanti tanggal 4-8 Maret ini juga masih ada event yang dihadiri 1.600-an orang di BNDCC juga,” ucapnya. (MYR)