Jakarta – Istilah "Muslim sejati" seringkali dibahas, namun definisinya seringkali lebih dari sekadar menjalankan ibadah ritual. Lebih dari sekedar menjalankan shalat lima waktu, puasa Ramadan, atau menunaikan zakat, menjadi Muslim sejati merupakan manifestasi dari ajaran Islam yang damai dan penuh hikmah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin dalam perilaku, sikap, dan interaksi sosial yang mencerminkan nilai-nilai keimanan yang kokoh. Rasulullah SAW bersabda, "Sejatinya orang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya," sebuah hadits yang menjadi landasan utama dalam memahami esensi kemusliman sejati. Penerapan nilai-nilai tersebut secara konsisten, mulai dari hubungan vertikal dengan Allah SWT hingga hubungan horizontal dengan sesama manusia, menjadi kunci utama. Tanda-tanda kemusliman sejati ini bukan sekadar daftar sifat ideal, melainkan panduan hidup yang membawa keberkahan bagi individu dan masyarakat.
Konsep kepribadian Muslim sejati, sebagaimana dijelaskan dalam buku "Iltizam: Komitmen Seorang Muslim" karya Ali Muhammad Khalil Ash-Shafti, memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari konsep kepribadian yang dibentuk oleh hukum konvensional atau filsafat klasik. Dasar kepribadian ini bersumber langsung dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, menjadi pedoman hidup yang komprehensif. Tanda-tanda kemusliman sejati dibangun di atas pondasi ketaatan pada hukum-hukum Allah SWT, yang meliputi sikap, perilaku, dan tata cara bermuamalah (berinteraksi) dengan sesama. Seorang Muslim sejati tidak hanya fokus pada hubungannya dengan Sang Pencipta, tetapi juga menempatkan kepentingan sesama manusia sebagai bagian integral dari kewajiban moral dan sosialnya.
Landasan keimanan yang kuat ini memungkinkan seorang Muslim sejati untuk menjadi agen harmoni dalam masyarakat, menjadi teladan bagi orang lain dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh berkah. Berikut uraian lebih detail mengenai 13 tanda Muslim sejati yang perlu dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan:
1. Kejujuran (Sidq): Pilar Utama Kemuliaan
Kejujuran (sidq) merupakan pilar utama dalam kehidupan seorang Muslim sejati. Islam mengajarkan bahwa kejujuran, baik dalam ucapan maupun perbuatan, adalah fondasi kemuliaan. Seorang Muslim sejati menjadikan kejujuran sebagai landasan dalam setiap aspek kehidupannya, menghindari segala bentuk kepalsuan dan penipuan. Kejujuran ini bukan sekadar menghindari kebohongan besar, tetapi juga mencakup kejujuran dalam hal-hal kecil, seperti kejujuran dalam transaksi jual beli, menjaga amanah, dan menghindari perkataan yang ambigu.
2. Menjauhi Kecurangan dan Pengkhianatan (Amanah): Integritas yang Tak Tergoyahkan
Kecurangan dan pengkhianatan (khiyanah) merupakan tindakan yang sangat dibenci dalam Islam. Seorang Muslim sejati memiliki integritas yang tak tergoyahkan, menjauhi segala bentuk kecurangan, baik dalam urusan pribadi maupun publik. Hati nurani yang bersih membimbingnya untuk menghindari tindakan yang merugikan orang lain, dan komitmennya pada kejujuran menjadi benteng terhadap godaan untuk bertindak curang. Amanah, atau dapat dipercaya, merupakan bagian integral dari kejujuran ini.
3. Menghindari Iri dan Dengki (Hasad): Menjaga Kebersihan Hati
Iri hati (hasad) dan dengki merupakan sifat buruk yang dapat merusak jiwa. Seorang Muslim sejati menjaga kebersihan hatinya dari sifat-sifat negatif ini. Ia bersyukur atas nikmat yang diterimanya dan tidak merasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Sebaliknya, ia merasa bahagia atas keberhasilan orang lain dan mendoakan kebaikan bagi mereka. Ini menunjukkan kedewasaan spiritual dan keikhlasan dalam menjalani hidup.
4. Menepati Janji (Wafa’): Kepercayaan dan Konsistensi
Menepati janji (wafa’) merupakan tanda penting seorang Muslim sejati. Ia menghormati komitmen yang telah dibuatnya, baik dalam hal kecil maupun besar. Kemampuan untuk menepati janji menunjukkan kepercayaan dan konsistensi dalam perilaku, membangun kepercayaan dari orang lain dan memperkuat hubungan sosial. Kegagalan menepati janji dapat merusak kepercayaan dan menimbulkan kerugian bagi orang lain.
5. Budi Pekerti yang Luhur (Adab): Keramahan dan Kesopanan
Seorang Muslim sejati memiliki budi pekerti yang luhur (adab). Ia berbicara dengan sopan, menghormati orang lain, dan mengamalkan ajaran Islam serta sunnah Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Keramahan dan kesopanannya menciptakan lingkungan yang harmonis dan menyenangkan bagi sekitarnya. Adab ini mencakup cara berpakaian, cara berbicara, dan cara berinteraksi dengan orang lain.
6. Sifat Pemaaf (Afu): Kemuliaan Hati yang Murni
Sifat pemaaf (afuw) merupakan tanda kemuliaan hati yang murni. Seorang Muslim sejati memaafkan kesalahan orang lain, menghindari dendam dan permusuhan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa memaafkan lebih baik daripada membalas kejahatan dengan kejahatan, karena memaafkan dapat memperkuat tali silaturahim dan menciptakan kedamaian. Pemaafan ini bukan berarti membenarkan kesalahan, tetapi lebih kepada menghindari perselisihan dan memperbaiki hubungan.
7. Kelembutan (Lutuuf): Kekuatan dalam Kesabaran
Kelembutan (lutuuf) bukan berarti lemah, tetapi merupakan kekuatan dalam kesabaran dan pengendalian diri. Seorang Muslim sejati bersikap lembut dalam menghadapi segala situasi, mengendalikan amarahnya, dan menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Kekuatan sejati dalam Islam bukan terletak pada kekuatan fisik, tetapi pada kemampuan mengendalikan emosi dan bersikap bijaksana.
8. Menjauhi Cacian dan Perkataan Keji (Qawl Layyin): Menjaga Lisan
Seorang Muslim sejati menjaga lisannya dari cacian dan perkataan keji (qawl layyin), bahkan dalam keadaan marah. Ia mengetahui bahwa lisan yang baik merupakan cerminan akhlak yang mulia. Ia memilih kata-kata yang baik, menghindari gosip dan fitnah, dan berkomunikasi dengan bijaksana dan beradab.
9. Menghindari Urusan yang Tidak Bermanfaat (Laghw): Fokus pada Produktivitas
Seorang Muslim sejati menghindari urusan yang tidak bermanfaat (laghw), seperti perdebatan yang tidak produktif dan gosip yang sia-sia. Ia memilih untuk fokus pada hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, memanfaatkan waktunya secara efektif dan produktif. Ia menghindari pemborosan waktu dan energi pada hal-hal yang tidak penting.
10. Menjauhi Ghibah dan Adu Domba (Namimah): Menjaga Kehormatan Orang Lain
Ghibah (mengunjing) dan adu domba (namimah) merupakan tindakan tercela dalam Islam. Seorang Muslim sejati menghindari kedua perilaku tersebut, menjaga kehormatan orang lain, dan berbicara dengan jujur dan sopan. Ia menghindari perilaku yang dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan perselisihan.
11. Tidak Berburuk Sangka (Su’uzon): Berprasangka Baik
Berburuk sangka (su’uzon) merupakan sifat negatif yang dapat merusak hubungan antar manusia. Seorang Muslim sejati berprasangka baik (husnudzon) terhadap orang lain, mencari sisi positif dalam setiap individu, dan menghindari penilaian yang negatif dan tidak adil. Ia mempercayai kebaikan orang lain sebelum menilai keburukannya.
12. Menjaga Amanah dan Rahasia (Amanah): Kepercayaan dan Kesetiaan
Menjaga amanah dan rahasia merupakan tanda penting seorang Muslim sejati. Ia tidak akan membocorkan rahasia yang dipercayakan padanya, karena ia memahami pentingnya kepercayaan dan kesetiaan. Kemampuan menjaga rahasia menunjukkan tingkat kedewasaan dan integritas yang tinggi.
13. Menghindari Kesombongan dan Kecongkakan (Takabbur): Kerendahan Hati
Kesombongan dan kecongkakan (takabbur) merupakan sifat tercela dalam Islam. Seorang Muslim sejati menghindari sifat tersebut, tetap rendah hati, dan selalu mengingat bahwa segala kebaikan yang dimilikinya adalah karunia dari Allah SWT. Ia tidak merasa lebih tinggi dari orang lain dan menghormati semua manusia tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Kesimpulannya, menjadi Muslim sejati melampaui pemahaman teoritis tentang ajaran Islam. Ia merupakan refleksi dari pengamalan nilai-nilai keimanan dalam setiap aspek kehidupan, menciptakan individu yang berakhlak mulia dan berperan aktif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab. Ke-13 tanda di atas bukanlah daftar yang mutlak, namun merupakan pedoman yang dapat membantu kita untuk terus berusaha menjadi Muslim yang lebih baik.