Kematian, kepastian yang tak terelakkan bagi setiap insan, seringkali diiringi oleh tanda-tanda yang, menurut sebagian pandangan, dapat dikenali. Meskipun takdir kematian sepenuhnya berada di tangan Allah SWT, beberapa riwayat dan interpretasi, seperti yang dirangkum dari buku "Kematian Dalam Al-Qur’an: Perspektif Ibn Kathir" karya Abdul Basit dan "Misteri Kehidupan Alam Barzakh" karya Ipnu Rinto Nugroho, menawarkan gambaran tentang tanda-tanda yang mungkin muncul sebelum ajal tiba. Pandangan ini, terutama yang merujuk pada Imam Al-Ghazali, perlu dimaknai dengan bijak, mengingat kepastiannya tetaplah rahasia Ilahi. Wallahu a’lam.
Berikut uraian mengenai tanda-tanda kematian tersebut, yang perlu dipahami sebagai kemungkinan dan bukan kepastian mutlak:
100 Hari Sebelum Kematian:
Menurut keterangan yang dirujuk, sekitar 100 hari sebelum ajal, tepatnya setelah waktu Ashar, individu mungkin mengalami gemetar hebat yang menjalar dari ujung rambut hingga ujung kaki. Getaran ini digambarkan sangat kuat dan menggigil. Namun, riwayat ini juga menambahkan catatan penting: tanda ini mungkin tidak dirasakan oleh mereka yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi dan lalai mengingat kematian. Hal ini menekankan pentingnya selalu mengingat kematian sebagai bagian dari kehidupan spiritual. Ketidakhadiran tanda ini bukan berarti meniadakan kemungkinan kematian dalam waktu dekat.
40 Hari Sebelum Kematian:
Pada tahap ini, sekitar 40 hari sebelum ajal, setelah waktu Ashar, individu mungkin merasakan denyutan atau detak yang terasa di sekitar pusar. Interpretasi yang dikaitkan dengan riwayat ini menyebutkan bahwa hal tersebut menandakan gugurnya "daun" yang bertuliskan nama individu tersebut di ‘Arsy. Gugurnya daun ini diyakini sebagai pertanda malaikat maut mulai mempersiapkan penjemputan. Malaikat, menurut riwayat, akan datang dalam wujud manusia, menimbulkan keterkejutan dan kebingungan bagi yang mengalaminya. Selain itu, rasa sakit di sekitar dada atau ulu hati juga mungkin muncul pada waktu Ashar. Perlu dicatat bahwa lokasi rasa sakit ini memiliki perbedaan pendapat di kalangan ulama.
7 Hari Sebelum Kematian:
Tujuh hari menjelang kematian, perubahan nafsu makan menjadi salah satu tanda yang mungkin muncul. Ini bisa berupa perubahan yang signifikan, baik peningkatan maupun penurunan nafsu makan. Bagi mereka yang sebelumnya menderita penyakit dan mengalami penurunan nafsu makan, kemunculan nafsu makan yang tiba-tiba tinggi bisa menjadi salah satu indikator. Namun, perlu diingat bahwa perubahan nafsu makan juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor kesehatan lainnya, sehingga interpretasi ini harus dipertimbangkan secara holistik.
3 Hari Sebelum Kematian:
Tiga hari sebelum ajal, beberapa tanda fisik mungkin semakin terlihat. Denyutan kuat di bagian tengah dahi menjadi salah satu indikator yang disebutkan. Denyutan ini digambarkan sangat terasa dan dahsyat. Selain itu, pandangan mata mungkin terlihat redup atau kehilangan kilaunya. Pada mereka yang sakit, hidung dan telinga mungkin tampak mengkerut atau masuk ke dalam. Telapak kaki juga bisa menjadi kaku dan sulit digerakkan. Dalam konteks Islam, tanda-tanda ini dikaitkan dengan anjuran untuk segera bertobat, berpuasa (jika memungkinkan), dan mempersiapkan diri menghadapi kematian. Puasa di sini diinterpretasikan sebagai upaya untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual, memudahkan proses memandikan jenazah nantinya.
Sehari Sebelum Kematian:
Pada hari terakhir sebelum kematian, denyutan kembali dirasakan, namun kali ini di bagian ubun-ubun. Tanda ini, menurut riwayat, mengindikasikan bahwa individu tersebut tidak akan lagi menyaksikan waktu Ashar di hari berikutnya.
Sesaat Sebelum Kematian:
Tanda terakhir yang disebutkan adalah sensasi hawa sejuk yang dirasakan di sekitar pusar, kemudian turun ke pinggang, dan naik kembali ke sekitar jakun. Keluarga yang berada di dekatnya mungkin merasakan hawa sejuk ini dengan menyentuh bagian perut. Pada saat-saat sakaratul maut ini, anjuran untuk memperbanyak membaca kalimat tauhid dan istighfar, serta membisikkannya kepada yang sedang menghadapi ajal, sangat ditekankan.
Kesimpulan dan Peringatan:
Penting untuk diingat bahwa uraian di atas merupakan interpretasi dari berbagai riwayat dan pandangan, terutama yang merujuk pada Imam Al-Ghazali. Tanda-tanda ini bukanlah kepastian mutlak, dan kemunculan atau ketidakmunculannya tidak dapat dijadikan patokan tunggal untuk memprediksi waktu kematian seseorang. Takdir kematian sepenuhnya berada di tangan Allah SWT, dan hanya Dia yang mengetahui kapan ajal seseorang akan tiba. Informasi ini lebih tepat dipahami sebagai renungan dan pengingat akan pentingnya selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian, baik secara fisik maupun spiritual. Selalu berpegang teguh pada ajaran agama dan memperbanyak amal sholeh adalah cara terbaik untuk menghadapi kematian dengan tenang dan penuh keimanan. Wallahu a’lam bishawab.