Kitab Zabur, salah satu kitab suci yang diakui dalam Islam, menyimpan sejarah panjang dan makna mendalam bagi umat manusia. Sebagai bagian dari rangkaian kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an, Zabur menempati posisi penting dalam pemahaman rukun iman ke-3, yaitu iman kepada kitab-kitab Allah. Kehadirannya dalam khazanah keagamaan Islam tak hanya sekadar catatan sejarah, melainkan juga sumber inspirasi dan pelajaran berharga hingga kini.
Nabi Daud AS dan Wahyu Ilahi:
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan pemberian Zabur kepada Nabi Daud AS. Surat Al-Isra ayat 55, yang terjemahannya kurang lebih berbunyi: "Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud," menjadi bukti sahih akan hal tersebut. Ayat ini bukan hanya mengkonfirmasi penerima wahyu, tetapi juga menyinggung kedudukan Nabi Daud yang dimuliakan Allah SWT di antara para nabi lainnya.
Tafsir Al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab memberikan pencerahan lebih lanjut. Beliau menjelaskan bahwa Zabur, sebagai kitab suci, berisi pujian dan doa-doa yang dilantunkan Nabi Daud AS sebagai ungkapan syukur dan kedekatannya dengan Allah SWT. Puisi-puisi religius ini, yang diiringi lantunan merdu suaranya, menjadi media Nabi Daud AS untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kemampuan Nabi Daud dalam melantunkan dzikir dan pujian ini, sebagaimana dikisahkan dalam berbagai riwayat, mencerminkan kedekatan spiritual yang luar biasa.
Hadits Rasulullah SAW juga memperkuat keberadaan dan pentingnya Zabur. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jumlah sahifah yang diturunkan Allah adalah seratus empat buah: kepada Syits 50 sahifah, kepada Idris 30 sahifah, kepada Ibrahim 10 sahifah, kepada Musa sebelum Taurat 10 sahifah. Dan Allah menurunkan Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an." (HR Ahmad). Hadits ini menempatkan Zabur dalam konteks sejarah kenabian dan pewahyuan, menunjukkan rangkaian kitab suci yang membawa petunjuk ilahi bagi umat manusia di berbagai zaman.
Nabi Daud AS: Raja, Nabi, dan Penerima Wahyu:
Nabi Daud AS, sosok yang dikaruniai Allah SWT dengan suara merdu dan kemampuan menenangkan hati, bukanlah hanya seorang raja yang adil, tetapi juga seorang nabi yang dipilih untuk menerima wahyu ilahi. Diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun, ia kemudian menerima Zabur sebagai pedoman hidup dan tuntunan bagi umatnya. Kehidupannya yang penuh dinamika, yang meliputi keberhasilan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, menjadi cerminan perjalanan spiritual seorang manusia yang senantiasa berjuang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Etimologi kata "Zabur" sendiri, menurut buku Aqidah Akhlaq karya Taofik Yusmansyah, berasal dari kata "zabara" yang berarti "menulis dengan sempurna." Hal ini menggambarkan kesempurnaan dan keindahan wahyu yang terkandung di dalamnya. Zabur, yang berisi nyanyian-nyanyian suci yang dikenal sebagai "mazmur," merupakan ungkapan hati seorang hamba yang berbakti kepada Tuhannya. Jumlah mazmur dalam Zabur diperkirakan mencapai 150 buah, masing-masing membawa pesan dan hikmah tersendiri.
Isi dan Tujuan Kitab Zabur:
Buku Siapakah Sesungguhnya Golongan Ahlussunnah wal Jamaah? karya Idik Saeful Bahri menambahkan informasi penting mengenai isi Zabur. Selain mazmur, kitab ini juga memuat doa, zikir, pengajaran, dan hikmah yang ditujukan untuk membimbing umat manusia menuju jalan yang benar. Bahasa yang digunakan dalam Zabur, sama seperti Taurat, adalah bahasa Qibti, menunjukkan kesinambungan pesan ilahi bagi Bani Israil.
Kitab Zabur tidak hanya berisi pujian dan doa, tetapi juga merekam pengalaman hidup Nabi Daud AS secara menyeluruh. Kebaikan dan kemenangan, dosa dan kekalahan, semuanya tercatat sebagai pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya. Lebih dari itu, Zabur juga mengandung kabar gembira tentang masa depan, termasuk berita tentang kenabian dan kerasulan yang akan datang.
Tujuan diturunkannya Zabur dapat dirangkum sebagai berikut:
-
Memberi kabar gembira: Zabur membawa kabar gembira tentang pewarisan bumi bagi hamba-hamba Allah yang saleh, memberikan harapan dan motivasi bagi mereka yang beriman.
-
Peringatan akan keberadaan Allah: Kitab ini berfungsi sebagai pengingat akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, mengajak manusia untuk tidak mengingkari keberadaan dan kekuasaan-Nya.
-
Pelajaran dari pengalaman hidup: Pengalaman hidup Nabi Daud AS, baik suka maupun duka, menjadi pelajaran berharga bagi manusia untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
-
Pujian dan syukur kepada Allah: Zabur mendorong manusia untuk senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya.
-
Keadilan Ilahi: Kitab ini mengingatkan bahwa kebaikan akan dibalas dengan pahala dan kebahagiaan, sementara kejahatan akan mendapatkan balasan berupa siksa atau kesengsaraan. Hal ini menegaskan keadilan Allah SWT dalam kehidupan manusia.
Kitab Zabur dan Perjanjian Lama:
Kitab Zabur sering dikaitkan dengan Kitab Perjanjian Lama dalam agama Kristen. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua mazmur dalam Perjanjian Lama dianggap sebagai bagian dari Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS. Dari sekitar 150 nyanyian suci dalam Perjanjian Lama, diperkirakan hanya sekitar 73 yang berasal dari Nabi Daud AS. Perbedaan ini perlu diperhatikan agar pemahaman kita terhadap Zabur dalam konteks Islam tetap akurat dan terbebas dari interpretasi yang keliru.
Kesimpulannya, Kitab Zabur merupakan warisan berharga dari Allah SWT kepada Nabi Daud AS, berisi hikmah, pujian, dan doa yang hingga kini masih relevan bagi umat manusia. Sebagai bagian integral dari sejarah kenabian dan pewahyuan dalam Islam, Zabur mengingatkan kita akan pentingnya keimanan, ketaatan, dan kedekatan dengan Allah SWT. Pemahaman yang komprehensif terhadap Zabur, dengan merujuk pada sumber-sumber autentik dan menghindari interpretasi yang simpang siur, akan semakin memperkaya khazanah keimanan dan spiritualitas kita. Wallahu a’lam bishawab.