ERAMADANI.COM, DENPASAR – Nyoman Suyasa sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali meminta kepada Dinas Peternakan setempat melakukan pemantauan ke peternak babi terkait adanya wabah virus flu babi.
Dilansir dari Republika.co.id, virus flu babi atau African Swine Fever (ASF), pasalnya melanda sejumlah daerah di Pulau Dewata beberapa bulan terakhir ini.
“Saya harapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan agar terus melakukan pemantauan di lapangan, karena semakin merebak wabah demam babi afrika,” kata Nyoman Suyasa, Jumat (07/02/2020).
Pentingnya Pantauan Wabah Virus Flu Babi

Ia menegaskan bahwa pemantauan di lapangan sangat penting lakukan, karena jika hanya menunggu laporan masyarakat akan lambat penanganannya.
Saat ini para peternak babi di Bali juga sudah mengalami kekhawatiran dengan adanya wabah virus flu babi, sehingga perlu pantauan untuk mengurangi kekhawatiran itu.
“Para peternak babi saat ini merasa resah dan khawatir, sebab serangan dari wabah flu babi datangnya mendadak. Dan jika sudah tertular ternak babi tersebut akan mati,” ujarnya.
Politikus Partai ini meminta kepada pemerintah daerah untuk memberikan kompensasi bagi peternak yang hewannya terkena virus flu babi.
“Saya meminta kepada pemerintah untuk memikirkan jalan keluar atau solusi bagi ternak warga yang sudah mati,” pintanya.
“Bisa dilakukan dengan penggantian. Ini kasus wabah, sehingga bisa meringankan beban mereka bagi peternak tersebut,” ucapnya.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyatakan bahwa ratusan babi yang mati sejak beberapa bulan terakhir diakibatkan oleh virus ASF.
Penyebaran ASF karena kontak langsung dengan babi liar atau babi lain yang terinfeksi. Konsumsi pakan yang terkontaminasi juga menjadi jalan penularan virus tersebut.
Pada umumnya babi yang terinfeksi ASF mengalami demam tinggi, depresi, anoreksia atau kehilangan nafsu makan, perdarahan pada kulit.
Atau dengan nama lain sianosis (munculnya warna kebiruan pada kulit), muntah, hingga diare. (MYR)